Beranda · Daftar isi · Tentang saya · Disclaimer

Pages

Cerita Bu Guru: Hukuman untuk anak kesayanganku


Diceritakan pada sebuah kota besar sekelas metropolitan, tinggalah sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang ibu dan ayah, seorang anak yang bernama Bino, dan seorang pengasuh anak.

Ibu dan ayah Bino adalah pekerja karir yang sangat sibuk, setiap hari Bino hanya ditemani oleh sang pengasuh. Bino adalah seorang anak laki-laki yang masih berusia 3 tahun, ia begitu cerdas jika dibandingkan dengan anak seusianya.

Suatu hari ayah dan ibu Bino hendak pergi ke luar negri untuk mengadakan pertemuan bisnis. Bino ditinggal di rumah bersama sang pengasuh. Bino sudah sangat terbiasa dengan ketiadaan orang tuanya. Bagi Bino, bila sang pengasuhnya pergi itulah yang jadi masalah, tak apa jika orang tuanyalah yang pergi, menurutnya.

Saat sang pengasuh sedang memasak makanan, Bino asyik menggambar di atas tanah kosong halaman rumah. Kemudian dia menemukan paku kecil dan kemudian dia menggambar dengan paku itu. Tidak hanya di atas tanah, gambarnya mulai beralih ke tembok, menjalar ke setiap sudut dinding, pintu, kaca, hingga sampai ke garasi. Di garasi, Bino melihat mobil milik ayahnya, kemudian dia menggambar menggunakan paku pada mobil tersebut. Bino menggambar sesuatu yang ia sebut adalah dirinya, ayah, ibu, dan si mbak. Bino menyatakan rasa cinta kepada orang-orang tersebut melalui gambar yang ia buat.

Hingga tiba saat orang tua Bino datang ke Indonesia dan pulang ke rumah. Betapa terkejut dan marahnya mereka melihat mobil kesayangannya tergores seperti itu. Orang pertama yang terkena marah, sudah pasti sang pengasuh karena ia dianggap tidak becus dalam mengawasi anak. Lalu kemudian hukuman pun dijatuhkan pada Bino. Sang ayah memukul tangan dan punggung Bino, sambil memperingati agar Bino tidak nakal lagi. Sang ibu yang melihat kejadian tersebut mendiamkan saja, karena menurutnya itu adalah cara terbaik untuk mendisiplinkan anaknya.

Setelah kejadian tersebut, Bino menangis pada pengasuhnya. Pengasuhnya pun memeluk Bino dengan penuh kasih dan rasa iba, hingga Bino tertidur pulas di pangkuannya.

Keesokan harinya Bino meringis perih pada tangannya ketika dia dimandikan. Pengasuh Bino hanya mengoleskan salep pada luka tersebut. Tak sampai disitu, luka pada tangan Bino tak kunjung mengering. Melihat hal tersebut sang pengasuh mengadu pada orang tuanya Bino, namun mereka hanya menyarankan agar Bino diberi salep. Begitupun seterusnya.

Hingga suatu ketika, Bino demam tinggi. Dengan rasa panik sang pengasuh mengadu pada orang tua Bino. Namun ia malah dibentak, karena mereka menganggap demam adalah suatu hal yang biasa, tinggal diberi saja obat penurun panas. Diikutilah saran dari majikan sang pengasuh tersebut.

Namun yang ada, Bino malah tak sadarkan diri. Dengan hati gelisah sang pengasuh membawa Bino ke rumah sakit seorang diri. Orang tua Bino datang setelah Bino dinyatakan harus dirawat di rumah sakit karena tangan Bino yang terkena luka pukul telah terinfeksi.

Setelah berbincang dengan dokter, ternyata tak ada cara lain untuk menyembuhkan infeksi Bino selain dengan amputasi. Hati ayah dan ibu Bino langsung teriris pedih bagai tersayat belati. Mereka merasa bersalah atas apa yang mereka lakukan pada Bino.

Setelah proses amputasi selesai, Bino tersadar dari biusnya. Bino melihat kedua tangannya terbungkus pita putih yang melilit. Bino tidak dapat melihat kedua telapak tangannya. Bino bertemu dengan ayah dan ibunya, Bino menengadahkan pergelangan tangan yang sudah tidak ada telapaknya tersebut. "Ayah ibu, maafkan Bino. Bino janji tidak akan nakal lagi. Ayah maafkan Bino, jangan hukum Bino dengan mengambil tangan Bino. Ibu kembalikan tangan Bino, Bino ingin minta maaf, Bino belum bersalaman sama ayah, sama ibu, hiks hiks" ungkap Bino sambil menangis.

Ayah dan ibu Bino menangis mendengar permintaan anaknya. Namun mereka malah meminta maaf kepada Bino, karena mereka yang membuat Bino tidak memiliki tangan.

~ Sekian

Pesan moral:
Bahasa cinta yang diungkapkan oleh seorang anak sering membuat orang tua salah paham. Anak yang mengganggu sebenarnya adalah anak yang tak ingin berpisah dari orang tuanya, anak yang usil sebenarnya ingin mendapat perhatian dari orang tuanya. Seperti Bino yang menggambari mobil ayahnya untuk menunjukkan seberapa sayang ia pada orang tuanya. Perbanyaklah belajar bahasa cinta seorang anak, agar kelak ketika dewasa, ia juga tidak salah paham mengartikan rasa cinta dari orang tuanya.

Baca cerita bu guru yang lainnya Klik disini

Kata kunci: guru, pendidikan, sekolah, anak, orang tua

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Cerita Bu Guru: Hukuman untuk anak kesayanganku"

Post a Comment

Apabila ada bagian yang kurang jelas, kritik maupun saran silahkan disampaikan dengan bahasa yang dapat diterima oleh nurani dari berbagai kalangan. Terima kasih. Salam Menulis!