Beranda · Daftar isi · Tentang saya · Disclaimer

Pages

Cerita Bu Guru: Daun Telinga

Dikisahkan di suatu tempat, hiduplah sepasang suami istri. Saat itu sang istri sedang hamil anaknya yang pertama. Mereka hidup dengan bahagia sambil menunggu kelahiran anak mereka.

Hingga tibalah waktu yang ditunggu-tunggu. Sang istri melahirkan, didampingi oleh suami. Tangis bayi menyeruak ke seluruh ruangan, menghiasi rasa bahagia untuk sepasang suami istri tersebut. Namun kemudian, ada sesuatu yang mereka temukan dari bayi pertama mereka, dan membuat mereka bersedih. Betapa tidak, ternyata bayi perempuan mereka yang mungil nan cantik itu, tidak memilik daun telinga seperti manusia pada umumnya.

Akan tetapi, kesedihan itu tidak berlangsung lama. Karena sepasang suami istri tersebut telah bertekad untuk menerima anaknya dengan segala kekurangannya. Mereka tetap merawat anak mereka dengan penuh cinta. Hingga anak mereka tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik namun tidak berdaun telinga.

Suatu ketika masalah pun mulai terjadi. Sepulang sekolah si gadis kecil pulang sambil menangis dan menghampiri ibunya. Ibunya pun bertanya "anak ibu yang manis, kenapa kau menangis? Coba ceritalah pada ibu". "Teman-teman mengejekku, dia bilang aku adalah alien bu, karena aku tidak punya daun telinga" ungkap anaknya sambil mengiba.

Hati sang ibu pun ikut terkoyak, tatkala mendengar cerita pilu dari sang anak. Dipeluknya anak semata wayang nya tersebut, dan dihiburnya "anak ibu tak boleh sedih, suatu saat kau juga akan menjadi anak yang cantik dengan daun telinga". "Bagaimana mungkin bu?" Tanya sang anak. "Mungkin saja, karena teknologi kedokteran saat ini sudah maju. Ibu akan mencari cangkok daun telinga untukmu" ucap sang ibu kembali. Sang anak pun bahagia kembali, ia berpikir bahwa akan ada secercah harapan baginya untuk memiliki daun telinga seperti yang lain.

Hari yang dinanti pun tiba. Saat itu usia sang anak menginjak 17 tahun. Dimana dokter mengatakan bahwa usia tersebut anak sudah bisa menjalani operasi pencangkokan daun telinga. Dengan tak sabar sang anak berdoa, memohon agar operasi berjalan lancar. Dan seperti yang diharapkan, hasil operasi sangat memuaskan, sang anak pun memiliki telinga seperti yang lainnya.

Menyambut kebahagiaan sang anak, ibu dan ayahnya membelikannya anting untuk mempercantik daun telinganya. Kemudian anak itu mengenakan anting tersebut dan ia merasa sangat bahagia.
Kini ia pun tampil percaya diri di sekolah. Ia pun semakin berprestasi dan memiliki karir yang gemilang. Dia berkuliah dan memiliki teman yang banyak.

Kemudian di suatu hari sang anak telah wisuda menjadi sarjana dan bekerja di perusahaan ternama. Dia tinggal di kota besar dan memiliki karir yang bagus dan berkembang begitu pesat.

Hari libur pun tiba, anak itu kembali ke kota kelahirannya dan menemui orang tua. Ayah dan ibunya nampak semakin tua. Kerutan dan rambut mereka yang memutih tidak bisa disembunyikan. Sang anak menghampiri ibunya, kemudian ia bertanya "ibu kenapa tidak ibu potong dan warnai rambut ibu agara ibu terlihat lebih muda, aku akan membawa ibu ke salon ternama agar membuat ibu nampak lebih cantik". Sang ibu tersenyum dan menjawab "ibu lebih nyaman dengan rambut panjang nak, lagi pula rambut putih ini adalah peringatan agar kita semakin dekat pada Tuhan. Biarlah ibu nampak lebih tua, karena memang sudah seharusnya".

Sang anak mendengar keputusan ibunya dan menghargai keinginan tersebut. Ia melalui setiap hari libur di kota kecil kelahirannya dengan begitu bahagia, karena setiap hari ia bisa bermanja dengan ibunya.

Waktu liburan telah usai, sang anak kembali lagi ke kota untuk bekerja dan mengejar karirnya. Hingga satu bulan kemudian terdengar kabar dari ayahnya, bahwa tiba-tiba sang ibu sakit keras dan harus rawat inap ke rumah sakit.

Mendengar kabar memilukan itu, sang anak bergegas meminta cuti dan pulang ke tempat sang ibu. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, sang ibu telah meninggal untuk selama-lamanya saat sang anak masih dalam perjalanan. Ia pun mendadak lesu ketika ayahnya mengabarkan kematian ibunya lewat telepon. Sang anak menyesal tak bisa menemani saat-saat terakhir sang ibunda.

Tiba di rumah, ia langsung merangkul jenazah ibunya, dikecupnya kening sang ibu dan dibisikan kata maaf sebesar-besarnya. Ia pun menyibakkan rambut panjang sang ibunda, betapa terkejutnya ia ternyata sang ibu tidak memiliki daun telinga. Dia menangis tersedu, karena baru ia sadari, ternyata selama ini ibunya lah yang mendonorkan cangkok daun telinga untuknya.

~sekian

Pesan Moral:
Ibu akan melindungi dan membuat bahagia anaknya dengan apapun caranya. Termasuk mengorbankan dirinya. Ketika melahirkan, dia sudah berani mempertaruhkan nyawa, apalagi hanya sepasang daun telinga.

Baca cerita bu guru yang lainnya Klik disini

Kata kunci: cerita, guru, kasih ibu, cinta, pendidikan.

Artikel keren lainnya:

3 Tanggapan untuk "Cerita Bu Guru: Daun Telinga"

Apabila ada bagian yang kurang jelas, kritik maupun saran silahkan disampaikan dengan bahasa yang dapat diterima oleh nurani dari berbagai kalangan. Terima kasih. Salam Menulis!